Midas
Midas (bahasa Yunani: Μίδας) adalah salah seorang raja dalam mitologi Yunani. Dia adalah figur yang terkenal karena kemampuannya untuk mengubah semua yang ia sentuh menjadi emas. Kemampuannya disebut sebagai sentuhan Emas atau sentuhan Midas. Dalam alkimia, transmutasi benda menjadi emas disebut chrysopoeia. Dia memiliki beberapa kemiripan dengan Mita, raja Mushki di Anatolia Barat pada akhir abad kedelapan SM.[1]
Selain karena sentuhan emasnya, Midas juga terkenal karena telinganya diubah menjadi telinga keledai oleh dewa Apollo.
Silsilah
Ada beberapa versi berbeda mengenai kehidupan Midas. Dalam salah satunya, Midas adalah seorang raja[2] di Pessinos, satu kota di Frigia. Ketika masih kanak-kanak, dia diadopsi oleh raja Gordias dan dewi Kibele. Menurut beberapa pendapat, Kibele memang ibu Midas.[3] Beebrapa pendapat menceritakan Midas menjalani masa muda di Bermion, Makedonia.[4] Di Mygdonia, Thrakia,[5] Midas terkenal akan kebun mawarnya.[6] Di kebun ini, menurut orang Makedonia, Silenos ditangkap.[7] Menurut Homeros, Midas memiliki seorang putra bernama Litierses,[8] namun dalam versi lainnya dia memiliki seorang putri bernama Zoi.
Arrian memberi cerita alternatif mengenai kehidupan Midas. Menurutnya, Midas adalah putra Gordios, seorang petani miskin, dan seorang perempuan Telmissos. Ketika Midas tumbuh dewasa, rakyat Frigia sedang menderita perang saudara. Menurut orakel, akan datang sebuah kereta yang membawa raja yang akan mengakhiri perselisihan di antara rakyat Frigia. Ketika mereka sedang membahasnya, Midas tiba mengendarai kereta bersama orang tuanya. Rakyat Frigia merasa bahwa Midas adalah orang yang dimaksud oleh orakel. Midas pun diangkat menjadi raja Frigia. Sesuai ramalan, Midas berhasil mengakhiri perselisihan di antara bangsa Frigia. Midas juga menyimpan kereta ayahnya di kuil sebagai rasa syukur pada Zeus. Menurut legenda, siapapun yang bisa melepas ikatan pada kereta tersebut akan menjadi penguasa Asia. Di kemudian hari, Aleksander Agung berhasil melepas ikatan tersebut.[9]
Dalam mitologi
Sentuhan Emas
Silenos adalah seorang satir yang sudah tua. Dia mabuk dan berjalan tak tentu arah, sampai akhirnya Silenos ditemukan oleh sekumpulan petani Frigia, yang membawanya pada raja Midas. Dalam versi lainnya, Silenos lewat di depan kebun mawar Midas. Ada juga pendapat bahwa Midas dengan sengaja menangkap Silenos secara diam-diam.[12][13]
Midas mengenali Silenos dan menjamunya dengan ramah. Midas memberi hiburan pada Silenos selama sepuluh hari sembilan malam. Dan Silenos mengibur Midas dan teman-temannya dengan cerita dan lagu.[14]
Pada hari kesebelas, Midas membawa Silenos kembali pada Bacchus di Lydia. Atas kebaikannya, Bacchus pun memberikan Midas satu permintaan. Midas meminta supaya semua yang disentuhnya menjadi emas. Bacchus mengabulkan permintaan Midas.
Midas sangat senang dengan kemampuan barunya. Dia menyentuh pohon dan batu, yang langsung berubah menjadi emas. Dia lalu pulang ke istananya untuk makan. Namun makanan dan minumannya pun berubah menjadi emas akibat sentuhannya. Bahkan anak perempuannya dia sentuh dan berubah menjadi emas.
Kini Midas menyesali kemampuannya itu. Dia berdoa pada Bacchus untuk menghilangkan kemampuannya dan menjadikannya seperti semula. Bacchus mendengar doanya dan menyuruh Midas untuk mencuci tangannya di sungai Paktolos.
Midas menuruti kata-kata Bacchus, dan begitu tangannya menyentuh air, kekuatannya ikut terbawa oleh aliran air. Tangan Midas kembali normal dan pasir sungai Paktolos menjadi berwarna emas. Mitos ini menjelaskan mengapa sungai Paktolos kaya akan emas. Dinasti kaya yang mengklaim Midas sebagai leluhurnya juga menggunakan mitos ini untuk menjelaskan asal-usul kekayaannya. Emas kemungkinan bukan satu-satunya sumber kekayaan Midas. Dia juga dipercaya menemukan timah putih dan hitam.[15]
Telinga keledai
Midas, yang kini kaya raya, menjadi pengikut Pan, satir dan dewa hutan. Ada pendapat bahwa Midas juga memiliki darah satir dalam tubuhnya.[16] Beberapa mitografer Romawi menyatakan bahwa guru musiknya adalah Orfeus.[17][18][19]
Suatu hari, Pan berani menyamakan kemampuan musiknya dengan Apollo, dewa musik. Pan menantang Apollo dalam sebuah kontes musik.Tmolos, dewa gunung, ditunjuk sebagai jurinya. Kontes dimulai, dan Pan meniup pipanya dengan melodi pedesaan yang memukau dirinya sendiri serta para pengikutnya, termasuk Midas, yang juga menyaksikan kontes tersebut.
Kemudian tiba giliran Apollo. Sang dewa memetik senar-senar pada liranya dan membuai para pendengar dengan musik yang mengagumkan. Tmolos langsung menyatakan Apollo sebagai pemenangnya. Semua yang hadir setuju dengan keputusan tersebut, kecuali satu orang, yaitu Midas. Midas tidak terima dengan keputusan tersebut dan memprotes jurinya.
Apollo marah atas protes Midas dan menghukumnya. Apollo mengubah telinganya menjadi telinga keledai.[20] Mitos ini digambarkan dalam dua lukisan, "Apollo and Marsyas" oleh Palma il Giovane (1544–1628), masing-masing menggambarkan kejadian sebelum dan sesudah hukuman tersebut.
Midas merasa sangat malu atas perubahan telinganya. Dia mencoba menyembuyikan telinga keledainya dengan cara memakai turban atau tutup kepala yang besar. Namun suatu hari Midas cukur rambut sehingga tukang cukurnya mengetahui bahwa rajanya memiliki telinga keledai. Midas menyuruh tukang cukur itu untuk tutup mulut dengan ancaman hukuman. Akan tetapi, sang tukang cukur tetap tak bisa menjaga rahasia itu. Dia menggali tanah, membisikkan rahasia telinga Midas ke dalam lubang itu, dan menutupnya lagi. Lama-kelamaan, tumbuhan muncul di atas tanah tersebut dan mulai menyebarkan suara yang berbunyi, "Raja Midas memiliki telinga keledai".[21]
Sarah Morris menyatakan bahwa telinga keledai merupakan atribut Zaman Perunggu.[22] Telinga keledai terlihat dipakai oleh raja King Tarkondemos di Mira, seperti diperlihatkan dalam tulisanHittite dan hieroglif Luwian: dalam keterkaitan ini, mitos tersebut muncul di bangsa Yunani untuk memebenarkan atribut yang eksotis ini.
Dalam legenda pra-Islam di Asia Tengah, raja Ossounes di sungai Yenisei memiliki telinga keledai. Dia berusaha menyembunyikan telinganya dan memerintahkan setiap tukang cukurnya dibunuh. Namun ada satu tukang cukur yang sempat membisikkan rahasia sang raja pada sebuah tembok setelah matahari terbenam. Dia tidak menutup tembok itu setelahnya. Air sumur naik dan membanjiri kerajaan, menciptakan Danau Issyk-Kul.[23]-
Tumulus Besar
Pada 1957, Rodney Young dan tim dari University of Pennsylvania[24] membuka sebuah makam di pusat Tumulus Besar (bahasa Yunani: Μεγάλη Τούμπα) – tinggi 53 meter, diameter sekitar 300 meter; – di situs Gordion kuno (Yassihöyük, Turki modern). Di sana ada lebih dari 100 tumulus dalam berbagai ukuran dan dari berbagai periode. Mereka menemukan sebuah pemakaman kerajaan, kayunya diperkirakan berasal dari sekitar tahun 740 SM,[25] lengkap dengan perjamuan pemakaman serta "kumpulan tempat minum Zaman Besi terbaik yang pernah ditemukan".[26] Kamar dalamnya agak luas; sisinya 5,15 m x 6,2 m, dan tingginya 3,25 meter. Di sisa-sisa peti kayu di pojok barat laut makam, terbaring kerangka manusia dengan tinggi 1,59 meter dan diperkirakan berusia 60 tahun.[27] Di makam ditemukan sebuah meja bertatahkan hiasan, dua serving stand bertatahkan hiasan, dan delapan meja lainnya, selain juga tembikar dan fibulae perunggu.[28] Meskipun tidak ada naskah kuno yang berkaitan dengan situs ini, tempat ini kemudian disebut Tumulus MM ("Midas Mound", "Gundukan Midas") oleh penemunya karena monumen pemakaman ini dibuat tidak lama menjelang waktu perkiraan kematian raja Midas pada abad ketujuh SM. Makam itu kini dipercaya sebagai makam ayah Midas, (Gordias).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar