Kamis, 25 Oktober 2012

Tuhan adalah Fisika Kuantum?

          Setiap kejadian menuntut suatu sebab. Tidak ada rangkaian tak terhingga dari sebab, sehingga mesti ada suatu "sebab pertama" bagi sesuatu. Dan sebab itu adalah Tuhan. Samuel Clarke dalam buku A Demonstration of the Being and Attributes of God (1978) menyatakan bahwa "tak ada yang lebih absurd daripada menduga bahwa sesuatu ada, bukannya tiada."

Keyakinan bahwa jagad raya sebagai keseluruhan mesti memiliki sebab, dan sebab itu adalah Tuhan, diucapkan pertama kali oleh Plato dan Aristoteles. Pemikiran sains-religius ini selanjutnya dikembangkan oleh Thomas Aquinas serta mencapai bentuk yang meyakinkan oleh Gottfried Wilhelm van Leibniz dan Samuel Clarke pada abad ke-18. Pemikiran ini dikenal sebagai argumen kosmologis, yakni argumen kausal dan argumen kontingensi.

Argumen kosmologis dibicarakan dengan skeptisisme oleh David Hume dan Immanuel Kant, yang kemudian diserang secara sengit oleh Bertrand Russell. Sasaran argumen kosmologis berlapis dua. Pertama, menegakkan eksistensi "penggerak pertama", wujud yang menerangkan eksistensi dunia. Kedua, membuktikan bahwa wujud ini adalah Tuhan (God) sebagaimana dipahami oleh para teolog dalam doktrin Yudeo-Kristiani.

Dalam kehidupan, kita jarang meragukan bahwa seluruh kejadian alam semesta ini disebabkan dengan cara tertentu. Misalnya, sebuah jembatan ambruk karena jembatan tersebut kelebihan beban, salju mencair karena panas matahari, dan sebatang pohon tumbuh karena sebutir biji telah ditanamkan. Lalu, adakah sebuah benda tidak memiliki sebab?

Paul Davies, guru besar Fisika Teori pada Universitas New Castle-upon-Tyne, Inggris, dan penulis buku God and the New Physics (1987), menyatakan bahwa banyak ide baru bermunculan di garis depan fisika dasar: teori superstring dan pendekatan lain terhadap apa yang disebut Teori tentang Segala Sesuatu (Theories of Everything), dan kosmologi kuantum sebagai sarana untuk menjelaskan bagaimana alam semesta dapat muncul dari tiada (The Mind of God: The Scientific Basis for a Rational World, 1993).

Di samping itu, telah muncul perhatian luar biasa terhadap apa yang secara sederhana dapat dilukiskan sebagai titik-perjumpaan sains kontemporer dan agama. Pemikiran ini memperoleh dua bentuk yang berbeda. Pertama, dialog yang berkembang pesat antara ilmuwan, filsuf, dan teolog mengenai konsep penciptaan dan isu-isu terkait. Kedua, mode yang sedang berkembang dalam pemikiran mistik dan filsafat Timur, yang telah diklaim oleh beberapa komentator sebagai membuat kontak yang dalam dan bermakna dengan fisika dasar.

Kendati agama secara intrinsik memiliki unsur yang abadi, suci, dan final, pemahaman serta penafsiran atasnya bersifat terbuka dan manusiawi. Desakan untuk menafsirkan agama secara demikian itu semakin diintensifkan oleh kemajuan sains dan teknologi. Sains dan teknologi telah memunculkan tantangan serius terhadap pandangan agama. Teologi klasik akan terlihat usang jika bersikeras mempertahankan doktrinnya tanpa mengupayakan tanggapan baru yang bersifat kreatif dan progresif.

Untuk itu, Profesor Ian G. Barbour, guru besar Fisika dan juga guru besar Teologi pada Carleton College, Amerika Serikat, mengajukan "teologi proses" sebagai jalan untuk mendobrak kebekuan pemikiran keagamaan dalam berinteraksi dengan sains kontemporer. Dengan mengambil ilham dari "filsafat proses" Whitehead, Barbour melalui buku Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama berupaya mengintegrasikan konsep sains kontemporer dengan agama. Dengan cara inilah, manusia diharapkan dapat lebih mengenal Tuhannya, alam semesta, dan hakikat dirinya sendiri, juga hubungan antara ketiganya.

Kekuatan buku ini terletak pada upaya penulis dalam mengintegrasikan karakteristik teori ilmiah yang fundamental dengan model pemahaman tentang Tuhan. Barbour mencoba memetakan hubungan sains dengan agama. Menurutnya, antara sains dan agama terdapat empat varian hubungan: konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Dalam hubungan konflik, sains menegasikan eksistensi agama dan agama menegasikan sains. Masing-masing hanya mengakui keabsahan eksistensinya. Dalam hubungan independensi, masing-masing mengakui keabsahan eksistensi yang lain dan menyatakan bahwa di antara sains dan agama tak ada irisan satu sama lain. Dalam hubungan dialog, dia mengakui di antara sains dan agama terdapat kesamaan yang dapat didialogkan antara para ilmuwan (saintis) dan agamawan (teolog).

Dalam buku ini, Barbour mengkaji apakah sains kontemporer dapat memberikan 'kunci' yang akan membuka rahasia (gaib) dari pertanyaan besar yang telah menarik perhatian umat manusia selama ribuan tahun. Ia mengeksplorasi eksistensi Allah (God) dan evolusi, genetika dan kodrat manusia, neurosains dan inteligensi buatan; serta teologi, etika, dan lingkungan.

Dengan memetakan cara bagaimana teori dari ilmuwan, seperti Charles Darwin, Stuart Kauffman, Arthur Peacocke, Alfred North Whitehead, Terrence Deacon, Claude Levi-Strauss, Paul Tillich, James Watson, dan Keith Ward, Barbour telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Ia menempatkan penemuan para ilmuwan ini ke dalam konteks bersama dengan tulisan para filsuf, seperti Plato, Rene Descartes, David Hume, dan Immanuel Kant.

Pemikiran sains kontemporer hingga teologi klasik dari para ilmuwan ini dicoba dipertemukan dan dipertentangkan satu sama lain dalam buku yang cukup memikat ini. Kesimpulannya yang mengejutkan kita adalah bahwa alam semesta bukanlah produk sampingan minor dari kekuatan tanpa pikiran dan tujuan. Kita sungguh berarti ada di sini. Dengan menggunakan sains kontemporer, kita dapat menemukan realitas Tuhan.

Menemukan Tuhan
Sebuah majalah di Amerika pernah menyatakan dalam headline: Astronomers Discover God! (Para Astronom Menemukan Tuhan!). Subyek artikel itu adalah Big Bang (Dentuman Besar) dan kemajuan mutakhir dalam pemahaman tentang penggalan waktu dari jagad raya. Fakta penciptaan itu sendiri dipandang memadai untuk mengungkapkan makna pernyataan: Tuhan menyebabkan penciptaan? Mungkinkah memahami penciptaan tanpa Tuhan?

Model biblikal tentang Allah adalah analog yang ditarik dari satu ranah pengalaman untuk menafsirkan peristiwa di dalam ranah pengalaman lain. Dalam Alkitab (Injil), ada pelbagai ragam model Allah. Dalam Kitab Kejadian, Allah dilukiskan sebagai perancang maha tahu yang memenangkan keteraturan (cosmos) atas kekacauan (chaos).

Teks biblikal lain melukiskan-Nya sebagai seorang perajin tanah liat yang sedang membentuk sebuah barang (Yeremia 18:6; Yesaya 64:8) atau arsitek yang membangun fondasi untuk sebuah bangunan (Ayub 38:4). Allah dibayangkan sebagai Tuhan dan Raja, yang memerintah baik atas alam maupun sejarah. Dalam Perjanjian Baru, Allah mencipta melalui Firman (Yohanes 1), sebuah istilah yang menyatukan ide Ibrani akan Firman Ilahi yang aktif dalam dunia dan pandangan Yunani akan firman (logos) sebagai prinsip rasional.

Kaum muslim memahami bahwa kegaiban Allah menyangkut salah satu sifat utama dan fundamental Allah. Kitab suci Al-Quran secara tegas dan deterministis--misalnya QS.10:101--memerintahkan umat manusia untuk mengkaji secara sistematis, cermat, dan sabar terhadap fenomena alam semesta. Allah Swt. berfirman: "Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia." (QS.2:117)
Semua ini adalah variasi yang kaya dari pelbagai ragam model Allah, yang masing-masingnya merupakan analog parsial dan terbatas, yang secara imajinatif menggarisbawahi cara pandang partikular akan relasi Allah dengan dunia (hlm. 228).

Pandangan ortodoks berpendapat bahwa Tuhan itu bukan zat. Logika ilmiah--sebagaimana pernah diungkap Friedrich Nietzsche, Clarke, Leibniz, Hume, Kant, dan Russell--menyatakan hanya ada tiga jenis zat, yakni zat padat, cair, dan gas. Selain itu tidak ada lagi. Tetapi ada sesuatu yang bukan zat yang selalu digunakan untuk memikirkan sesuatu, yaitu "pikiran" itu sendiri. Adakah yang mampu menggambarkan seperti apa wujud pikiran itu? Jika tidak ada, artinya ada "zat" yang tidak terbentuk zat seperti yang kita kenal.

Menurut para teolog, kehidupan merupakan mukjizat tertinggi dan kehidupan manusia merepresentasikan pencapaian yang teranugerahkan dari rancangan induk kosmis Tuhan. Bagi ilmuwan, kehidupan adalah fenomena paling menarik dalam alam semesta. Seratus tahun yang lalu, pokok persoalan tentang asal usul dan evolusi sistem kehidupan menjadi 'medan pertempuran' bagi bentrokan terbesar antara sains dan agama sepanjang sejarah kontemporer.

Teori evolusi Charles Darwin mengguncang fondasi doktrin Kristen dan lebih dari ungkapan lain apapun sejak Nicolaus Copernicus menempatkan Matahari pada pusat sistem tata surya. Konsep ini menyadarkan orang kebanyakan terhadap konsekuensi berjangkauan jauh dari analisis ilmiah. Sains kontemporer, demikianlah tampaknya, dapat mengubah keseluruhan perspektif manusia tentang diri dan relasinya dengan jagad raya.

Bibel menyatakan secara eksplisit bahwa kehidupan merupakan akibat langsung dari aktivitas Tuhan. Ia tidak muncul secara alamiah sebagai akibat proses fisik yang ditegakkan setelah penciptaan langit dan Bumi. Sebaliknya, Tuhan memilih untuk menghasilkan--melalui kekuasaan ketuhanan--mula-mula tumbuh-tumbuhan dan binatang, kemudian manusia. Tentu saja mayoritas umat Kristiani dan Yahudi mengakui hakikat alegoris dari "Kejadian" dan tidak berupaya membela versi Bibel dari asal-usul kehidupan sebagai fakta historis.

Fisika Kuantum
Ide tentang Tuhan Sang Pencipta, yang menyebabkan jagad raya dari kehendak bebas-Nya, berakar kuat dalam budaya Yudeo-Kristiani. Namun, kita telah melihat bagaimana asumsi semacam itu memunculkan problem lebih banyak ketimbang yang dapat diselesaikannya. Kesulitannya melibatkan persoalan tentang hakikat waktu dan ruang.

Jika waktu tercakup dalam jagad raya dan tunduk pada hukum fisika kuantum (quantum physics), ia harus dimasukkan dalam jagad raya yang Tuhan diduga telah menciptakannya. Tetapi apakah artinya mengatakan bahwa Tuhan menciptakan waktu, dalam kaitan dengan pemahaman suatu sebab harus mendahului efeknya? Kausasi adalah aktivitas temporal. Waktu harus telah eksis sebelum sesuatu dapat disebabkan. Gambaran naif tentang Tuhan yang eksis 'sebelum' jagad raya jelas absurd jika waktu tidak eksis--jika tidak ada 'sebelum'.

Argumen kontingensi akan jatuh menjadi korban kesuksesannya sendiri, seandainya kita memperluas definisi "jagad raya" yang mencakup Tuhan. Lalu, apakah penjelasan untuk Tuhan secara total plus jagad raya fisik yang mencakup ruang, waktu, dan materi? Para teolog akan menjawab: "Tuhan adalah wujud 'niscaya', tanpa memerlukan penjelasan. Tuhan memuat di dalam diri-Nya penjelasan tentang eksistensinya sendiri." Jika itu demikian, mengapa kita tidak dapat menggunakan argumen yang sama untuk menjelaskan jagad raya: Jagad raya 'niscaya', ia memuat di dalam dirinya alasan bagi eksistensinya sendiri?

Alam semesta yang kompleks tetapi teratur secara mengagumkan ini pasti memiliki suatu sistem pengatur yang lebih canggih dari hukum alam semesta itu sendiri. Akan tetapi, sistem pengatur tersebut bukan suatu pribadi yang dikenal dengan sebutan "Tuhan" (atau God/ dalam definisi Yudeo-Kristiani), sebab Tuhan tidak dapat menjadi yang paling perkasa jika Dia sendiri tunduk kepada hukum fisika kuantum mengenai waktu. Jika Tuhan tidak menciptakan waktu karena waktu melahirkan dirinya sendiri, tentunya Dia juga tidak pernah menjadi pencipta alam semesta. Kedua masalah tersebut saling bergantungan.

Sebagian ahli fisika karena terilhami oleh simplisitas hukum fundamental yang dimiliki alam semesta, telah berargumentasi bahwa boleh jadi hukum tertinggi (dalam hal ini adigaya) memiliki struktur matematis yang terdefinisi secara unik sebagai satu-satunya prinsip fisika yang konsisten secara logis. Katakanlah, fisika dinyatakan 'niscaya' sama halnya dengan Tuhan dinyatakan 'niscaya' oleh para teolog. Lalu, haruskan kita berkesimpulan bahwa "Tuhan adalah fisika kuantum" sebagaimana telah dilakukan oleh para filsuf seperti Plato?

Apakah yang dapat menjelaskan struktur ruang-waktu dan hukum fisika kuantum yang bahkan dapat menghasilkan suatu dunia yang cocok untuk hidup dan daya inteligensi? Keberatan utama Ian Barbour atas argumentasi ini lebih bersifat teologis daripada ilmiah. Walaupun argumen itu diterima, ia toh hanya mengarah ke Allah versi deisme, yang merancang-bangun alam semesta ini, lalu meninggalkannya berjalan sendiri-dan bukan Allah versi teisme yang terlibat secara aktif dalam dunia dan hidup manusia (hlm. 35).

Kalau kita mengandaikan bahwa "Allah mengendalikan semua ketidaktentuan," kita dapat mempertahankan ide tradisional tentang predestinasi. Ini lebih merupakan determinisme teologis daripada fisikal, sebab tidak ada sesuatu apa pun yang terjadi secara kebetulan.

Sebuah pendapat alternatif mengatakan bahwa sebagian besar peristiwa kuantum terjadi secara kebetulan, tetapi "Allah memengaruhi beberapa di antaranya" tanpa melanggar hukum statistik dari fisika kuantum. Pandangan ini pun sesuai dengan bukti ilmiah (hlm. 83).

Sayangnya, pemikiran genial dari penulis buku Menemukan Tuhan ini dibatasi hanya pada teologi Kristen. Karena itu, buku ini dilengkapi pula dengan Pengantar dari sudut pandang (konsepsi) keimanan Islam yang ditulis Armahedi Mahzar, ilmuwan ITB Bandung.

Keimanan Islam kepada Tuhan sebagaimana ditegaskan Nabi SAW: "Dia (Allah SWT) satu; Dia nyata sekaligus gaib, pertama sekaligus terakhir, tak ada bandingan dan tak ada yang menyamai." Dan Al-Quran menegaskan, "Tuhan kami adalah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." (QS.20:50)

Konsepsi tentang Allah adalah inti dari seluruh keimanan, ajaran, dan praktik dalam doktrin keislaman. Pilar penyangga segenap bangunan Islam. Dengan konsepsi ini, kita dapat mengukur apakah dalam kehidupan ini pandangan, pemahaman, penilaian, dan sikap kita tentang kejadian alam semesta sudah benar atau masih menyimpang dari kebenaran. Konsepsi ini juga menetapkan batas kualitas kemanusiaan kita. Setidaknya upaya menyeimbangkan dengan konsepsi Islam--memadukan sains kontemporer dan agama ala Ian Barbour--melalui buku ini telah diupayakan, walaupun sangat sedikit dan dangkal.

Buku ini, selain merupakan dialog sains kontemporer dengan agama, diharapkan dapat membuka arah baru bagi dialog lintas-agama. Melalui buku ini, kita diajak berekreasi bersama logika dan nalar untuk mengetahui dan memahami eksistensi Tuhan yang sebenarnya. Tidak berlebihan jika karya Profesor Ian Barbour ini menjadi rujukan penting dalam menemukan konsepsi Tuhan, dan memandu pembaca mencapai puncak ilmu.

KPK VS POLRI: Kapolri Perintahkan Provost Ditarik dari KPK



JAKARTA–Menkopolhukam Djoko Suyanto menegaskan bahwa Kapolri Jenderal Pol. Timur Pradopo sudah menyatakan kesanggupan untuk menarik anggotanya yang kini berada di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan.
Dalam wawancara dengan wartawan MetroTV, Djoko mengatakan sejak awal dirinya sudah melakukan cross check kepada Jenderal Timur setelah mendapatkan informasi tentang ketegangan yang terjadi di gedung KPK.
“Kapolri kaget, tidak ada perintah untuk. Untuk itu, jam itu juga, saya minta untuk ditarik. Kapolri mengecek dulu. Setelah mengecek, Kapolri mengatakan sudah sanggup menarik [aparat polisi di gedung KPK],” ujar Djoko, Jumat 5 Oktober 2012.
Sebelumnya sejumlah anggota kepolisian mendatangi kantor KPK terkait dengan penjemputan paksa sejumlah penyidik KPK.Anggota Kepolisian yang berjumlah belasan orang tersebut memaksa masuk ke dalam kantor KPK. Berdasarkan pantauan Bisnis beberapa berpakaian batik dan sisanya berseragam provost.
Anggota Kepolisian sempat bersitegang dengan petugas keamanan KPK. Mereka memaksa ingin menjemput paksa  lima orang penyidik yang menolak kembali bertugas ke Kepolisian. Sultan Eries A/JIBI/Kabar24.


KPK Vs POLRI: Polri Mencoreng Muka Sendiri

        Dari arus berita “penyerbuan” beberapa petugas Polisi (dari Polda Bengkulu) dan Provost Polri untuk menangkap Kompol Novel Baswedan (NB) mulai sedikit demi sedikit terkuak. Masyarakat sangat berterima kasih atas berita yang begitu cepat mengalir dari media TV maupun situs-2 berita yang ada,karena dengan demikian dapat dirangkai sebuah opini mendasar bahwa didalam tubuh Polri tersimpan banyak oknum perwira menengah dan perwira tinggi yang tidak pro terhadap pemberantasan korupsi. Itu artinya institusi Polri sudah mencoreng mukanya sendiri. Kenapa? Karena di masyarakat sekarang sudah berkembang opini sebagai berikut :
1. Penyidik POLRI yang berada di KPK sebenarnya bukan orang “bersih” juga,ada track record yang sengaja disembunyikan oleh institusi Polri sebagai “kartu truf” untuk membungkam mereka bilamana suatu ketika para penyidik tersebut mengusut kasus tertentu yang bisa melibatkan hampir keseluruhan petugas Polisi dari tingkat bawah sampai perwira tingginya (atau bahasa halusnya adalah “membahayakan” institusi Polri). Ini terbukti dengan kasus NB yang diceritakan terjadi pada tahun 1999 & kemudian diputus dalam sidang kode etik tahun 2004 tetapi ternyata tiba-2 akan ditangkap di menjelang akhir tahun 2012. Apalagi NB diberitakan adalah sebagai salah satu penyidik kasus Simulator SIM yang heboh tersebut dan memang sudah diincar sejak penggeledahan kantor Korlantas. Masyarakat menilai tindakan menangkap NB adalah tidak fair,sebab contoh ini bisa terjadi pada seorang Prabowo Subianto yang sudah diadili di sidang kode etik waktu itu dan kemudian dicopot dari TNI,dan nanti bilamana ybs menjadi Presiden RI kemudian ditangkap oleh institusi TNI karena “pernah” dinyatakan bersalah pada peristiwa Mei 1998.
2. Masyarakat menilai adanya pertarungan didalam tubuh Polri yang tidak bisa dikendalikan oleh Kapolri Timur Pradopo,sebab diberitakan Menkopolhukam Djoko Suyanto yang meminta Kapolri menarik polisi dan Provost Polri ternyata di respon oleh Kapolri bahwa tidak ada perintah “penyerbuan” para polisi dan Provost untuk menangkap NB. Terus siapa yang memerintahkan…? Ataukah Kapolri atau Menkolhukam yang sedang berbohong setelah melihat reaksi para tokoh masyarakat pengiat anti korupsi serta masyarakat luas yang membela institusi KPK….? Dengan kondisi ini,maka institusi Polri dinilai sudah sangat lemah dan bobrok,karena seperti sekumpulan preman yang suka bergerak sendiri-2 sesuai kepentingan masing-2 kelompok yang ada di tubuh organisasi tersebut. Polri sudah mencoreng mukanya sendiri…!
3. Opini masyarakat semakin menguat,bahwa kasus Simulator SIM tidak hanya dilakukan oleh beberapa oknum perwira Polisi saja,tetapi secara keseluruhan melibatkan petinggi-2 Polri yang bisa saja melibatkan Wakapolri dan Kapolri. Tuduhan masyarakat ini tidak main-2,sebab dengan sepak terjang institusi Polri yang terus menerus mengesankan menghambat penyidikan kasus ini,maka institusi Polri semakin tercoreng sebagai ladang koruptor . Hal ini berbeda bila Kapolri dan Wakapolri dalam tindakan dan ucapannya mau “menyerahkan” kasus ini ke KPK,bukan terkesan berbelit-belit dan defensif serta berputar-putar ke aturan hukum yang diyakininya. Mereka tidak peka terhadap perkembangan yang ada di masyarakat,kalau memang tidak bersalah tentu nantinya para perwira yang disidik bisa direhabilitasi ….Justru masyarakat bertanya,mengapa mereka begitu ngotot untuk hal ini,apakah itu berarti mereka juga sedang melindungi dirinya sendiri…?
Polri harus memahami,bahwa bila “hiruk pikuk” KPK vs Polri diteruskan sampai ke titik yang paling panas,maka dipastikan yang membela institusi KPK akan memenangi pertarungan ini,bahkan bisa terjadi kemungkinan Presiden SBY dianggap melindungi koruptor karena tidak melakukan apapun terhadap KPK vs Polri,atau bahkan bisa dituduh sebagai dalang kekisruhan ini. Akhirnya kasus hukum bisa berimbas kepada kasus politik yang lebih besar dengan biaya politik yang sangat besar.
Sebaiknya memang Polri tidak mencoreng mukanya sendiri,jadikan momen ini sebagai pembersihan para Polisi yang nakal,baik dari tingkat bawah sampai perwira tingginya. Sekali tepuk,bangsa dan negara Indonesia terselamatkan….!


 

Buruh Demo Soal Outsourcing, Hatta Rajasa 'Sentil' Cak Imin


Jakarta - Kemarin ribuan buruh di beberapa daerah melakukan demo terkait sistem outsourcing yang masih berlaku. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mendesak Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar menyelesaikan masalah ini.

"Saya minta Menakertrans untuk merumuskan (aturan outsourcing) jangan mengambang. Intinya berikan ketegasan. Dan kawan kawan di serikat pekerja paham akan hal itu," ungkap Hatta usai acara Rapat Koordinasi Persiapan APEC di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (4/10/12).

Pada kesempatan itu, Hatta juga mengatakan, pemerintah bakal memperbaiki diri guna penyelesaian masalah-masalah ketenagakerjaan. Juga masalah penghambat ekonomi yang membuat ongkos usaha mahal.

"Pemerintah juga harus instropeksi, apakah masih high cost economy, apakah ada pungli, korupsi. Kalau itu masih ada pangkas, berantas, ini biang kerok. Ini yang harus kita sikat habis. Jadi semua kita perkuat, KPK, kepolisian," jelasnya.

Ia menambahkan, para buruh harus diberikan upah dan kesejahteraan yang layak, agar proses produksi dari industri tempat mereka bekerja tetap berjalan sebagaimana biasanya. Pasalnya, ini bisa mendongkrak naik roda perekonomian negara.

"Buruh itu harus layak, hidupnya juga baguis supaya perusahaannya tidak tutup. Para pekerja kita juga harus mendapatkan upah yang layak," katanya.

"Jangan sampai disalahgunakan perusahaan outsourcing itu," cetusnya.

Sebelumnya, Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin menegaskan, pemerintah saat ini tengah memasuki tahap finalisasi terhadap peraturan tentang sistem outsourcing.

Cak Imin mengatakan, pihaknya telah menerbitkan permen No.13 tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak dan pengaturan outsourcing. Dia berharap seluruh serikat buruh memanfaatkan jalan dialog.

Menurut Muhaimin, Kemenakertrans masih menggodok peraturan perundang-undangan baru mengenai outsourcing yang mengatur penyempurnaan pelaksanaan praktek kerja alih daya (outsourcing) yang terjadi selama ini. Saat ini pembahasan peraturan soal outsourcing terus dilakukan dengan melibatkan Lembaga Kerjasama Tripartit yang terdiri dari perwakilan unsur pekerja/buruh, serta perwakilan unsur pengusaha dan pemerintah.

Dikatakan Cak Imin, terdapat 5 jenis pekerjaan yang boleh dilakukan secara outsourcing. Lima jenis pekerjaan sesuai dengan undang-undang 13 yaitu cleaning service, keamanan, transportasi, catering, dan jasa migas pertambangan.




Sumber

Rabu, 24 Oktober 2012

Persaingan Ketat Antara Apple ( Iphone 5 ) & SAMSUNG ( Galaxy S III )



Galaxy S III Mini dan iPhone 5 merupakan smartphone cangih terbaru saat ini, Galaxy SIII Mini  buatan samsung sedangkan iPhone 5 buatan Apple, seperti yang kita ketahui dua produsen posel pintar ini sedang gencar gencarnya melakukan persaingan baik dari segi bentuk sampai isi dan fitur yang terdapat dikedua ponsel. Nah jika kita bandingkan antara Galaxy S III Mini dan iPhone 5 kira kira mana ya yang lebih ungul. Nah penasaran mana yang lebih baik ? Sebaiknya simak spesifikasi antara Galaxy SIII mini dengan Iphone 5 Berikut ini.
1. Layar
Ukuran layar Galaxy SIII mini ialah 4 inci. Layarnya menggunakan Super AMOLED dengan resolusi 400x800p. Sementara Iphone 5 yang juga memiliki ukuran layar yang sama menggunakan jenis IPS TFT dengan resolusi yang lebih tinggi, 1136x640p.
2. Bobot dan dimensi
Berbobot 111,5 gram, Galaxy SIII mini memiliki ketebalan 9,9 mm. Sedangkan Iphone lebih tipis karena tebalnya hanya 7,6 mm dan beratnya 112 gram.
3. Sistem operasi
Untuk platform, yang digunakan di Galaxy SIII mini adalah Android Jelly Bean. Lalu Iphone pastinya menggunakan Ios tapi sudah versi 6.
4. Prosesor, kartu grafis, dan RAM
Tiga mesin tersebut terdapat di Galaxy SIII mini dan Iphone 5. Galaxy SIII mini menggunakan mesin berinti dua 1 GHz, kartu grafis Mali 400 MP, dan RAM 1 GB. Iphone 5 dilengkapi dengan prosesor dual-core 1,2 GHz, kartu grafis PowerVR SGX 543, dan RAM 1 GB.
5. Penyimpan data
Kalau Galaxy SIII mini memiliki selot kartu miro SD, Iphone 5 justru sebaliknya. Iphone 5 hanya mengandalkan memori internal yang terdiri dari 16, 32, dan 64 GB. Sementara Galaxy S III mini juga dilengkapi dengan memori internal 8 GB dan 16 GB.
6. Kamera
Galaxy SIII mini mempunyai kamera depan 5 MP di belakang dan kamera depan yang masih berkualitas VGA. Sedangkan kamera Iphone 5 lebih canggih karena resolusinya di belakang sudah 8 MP dan di depan 1,2 MP.
7. Jaringan
Galaxy SIII mini bekerja di jaringan 2G dan 3G. Begitu pula dengan Iphone 5. Tapi Apple juga melengkapi produknya itu dengan konektivitas 4G karena di beberapa negara sudah ada yang menggelar jaringan tersebut.
Galaxy S3 disebut-sebut juga sebagai kompetitor iPhone 5 yang paling kuat. Seperti halnya ponsel-ponsel Android, Galaxy S3 ini memiliki layar 5 inci. Layar S3 menggunakan teknologi yang disebut AMOLED sehingga mampu menampilkan warna yang hidup dan warna hitam lebih dalam. Sebaliknya, iPhone 5 punya layar LCD yang bisa menampilkan warna putih jauh lebih baik. 

Berikut ini adalah perbandingan kedua ponsel pintar tersebut:

iPhone 5                
Harga           :  $699/$799/$899            
OS                 : iOS 6                
Prosesor      :  Apple A6            
Display         : LCD 4 inchi            
Resolusi        : 1136x640            
Dimensi        : 4,8" x 2,3" x 0.29"        
Berat             : 3,95 oz                
Seluler          : LTE, HSPA+, EV-DO Rev.A        
Kecepatan maks :  100 megabits            
Wi-Fi             :  802,11 b/g/n/a (dual-band)    
Kamera         : rear-facing 8 megapixel        
                       front-facing 0,9 megapixel    
Kapasitas video :   1080p recording            
Internal        : 16/32/64 GB            
SD Card        : Tidak ada            
Batere          : 8 jam (3G bicara/data)        
Konstruksi     : aluminium unibody        

Samsung Galaxy S III        
Harga            : Sekitar $699
OS                  : Android 4.0.1 Touchwiz UX/UI
Prosesor       : Exynos 4412 (Quad core)
Display          : 4,8 inchi super AMOLED
Resolusi        : 1280x720
Dimensi        : 5,38" x 2,78" x 0,34"
Berat             : 4,69oz
Seluler           :  LTE, GSM, HSPDA+
Kecepatan maks  :  21,1 megabits
Wi-Fi              : 802,11 b/g/n/a
Kamera          : rear-facing 8 megapixel
                         front-facing 1,9 megapixel
Kapasitas video : 1080p recording
Internal          : 32 GB
SD Card          :  Ada (bisa mencapai 64 GB)
Batere            : 11 jam (3G bicara/data)
Konstruksi      : plastic shell body


Alternatif solusi meminimalkan aksi tawuran antar pelajar


Kunci solusinya hanya satu, yaitu disiplin. Terapan kedisiplinan guru dan siswanya pasti lembek kalau terjadi perkelahian antara siswa di dalam sekolah, juga antara siswa yang beda sekolah. Proses belajar mengajar pun dipastikan tidak menyenangkan,
apapun sebabnya, sehingga murid membuat pelampiasan di luar jam belajar atau di luar sekolah. Sebelum letusan perkelahian terjadi, selalu saja diawali oleh sumbatan komunikasi antara guru dan murid. Sebabnya adalah ketakjelasan dalam pembelajaran, kemunafikan dalam pembelajaran dan fakta di lapangan dan di media massa yang berbeda dengan harapan, etika, dan petuah agama yang diperolehnya di sekolah.

Terang benderang di mata kita, moral, etika, akhlak atau apapun namanya, sangat minimum dalam pendidikan kita. Bahkan guru pun dalam kondisi yang tak jauh beda dalam hal budi pekerti dan perilaku dalam ujian. Ada kepala sekolah dan guru yang sengaja memberikan jawaban ujian kepada murid-muridnya, ada guru yang “manipulatif” dalam proses Uji Kompetensi dan PLPG untuk memperoleh sertifikasi. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Tapi, tentu saja, banyak juga guru yang jujur, yang kuat komitmennya pada pengajaran dan pendidikan. Ini terjadi karena guru yang bersangkutan telah ditanami kemuliaan dalam belajar dan mengajar ketika mereka menjadi murid dan tulus dalam pengabdiannya sebagai guru berapapun gajinya.

Faktanya, pembelajaran yang terjadi di sekolah semata-mata pengajaran, tipis sekali porsi pendidikannya. Lebih banyak mengolah kemampuan otak kiri dengan berbagai pelajaran yang berisi rumus, aksioma, postulat dan hukum fisika, kimia, matematika, akuntansi, anatomi, dll. Sepulang sekolah, mereka pun masih berkutat dengan pelajaran yang sama di tempat les (bimbingan belajar) dan terjadi lagi ketika belajar malam di rumah. Ini pun bertarik-ulur dengan acara hura-hura, hedonis, sinetron picisan di televisi yang justru sangat disukai oleh orangtua, kakak dan adik serta pembantunya di rumah. Andaipun, sekali lagi, andai kata mereka bangun pagi untuk belajar, maka yang dipelajarinya pun adalah materi ulangan dari pelajaran-pelajaran di atas. Wajarlah mereka gersang dari nilai-nilai moral. Buta pada etika, budi pekerti sebagai manusia yang hidup bermasyarakat. Malah tetangga pun dijadikan musuh nomor wahid kalau berbeda pendapat dan berseberangan dengan pendapat grup dan gank-nya.

Ada satu opsi atau tawaran solusi untuk mengurangi tawuran pelajar atau bahkan meniadakan tawuran lagi, yaitu dengan pemberlakuan hukuman secara adil. Mustahil, dengan alasan HAM misalnya, pendidikan tanpa hukuman. Harus ada hukuman! Siapapun yang bersalah, syahdan ia adalah anak kepala sekolah, maka ia harus dihukum maksimum sesuai dengan peraturan tertulis yang diberlakukan. Tentu saja hukuman ini bertingkat-tingkat, bergantung pada jenis kesalahannya. Yang ringan tentu dihukum ringan yang sifatnya mendidik. Misal, murid yang telat lima menit masuk ke kelas, dihukum dengan berdiri lima belas menit menghafalkan pelajaran tertentu atau menulis artikel, atau menyanyi, dll. Kalau terlambat berturut-turut tiga kali, misalnya, dapat dihukum dengan yang lebih berat lagi, termasuk hukuman fisik berupa lari, push-upngosek WC, nyapunyangkul kebun sekolah, dll dalam batas-batas wajar dengan memperhatikan kondisi fisik murid.

Tentu ada kesalahan yang fatal, seperti mencuri, berkelahi, pengeroyokan, dan menyontek. Sekali lagi, menyontek ataunyontek termasuk kategori kesalahan fatal. Apalagi hamil, menghamili, dan free-sex yang dapat dibuktikan (ada buktinya), maka pecat adalah solusinya. Boleh jadi kasusnya masuk ke kepolisian untuk disidik lebih lanjut. Namun, sebelum aturan dan hukuman itu diterapkan, sejak awal, yaitu sejak siswa masuk di kelas satu harus sudah dimaklumkan tentang hukuman maksimum yang akan mereka terima kalau melanggar dan melakukan kesalahan berkategori fatal seperti di atas. Tegaskan juga kepada orang tua atau walinya bahwa hukumannya adalah dipecat atau dikeluarkan dari sekolah dengan tidak hormat. Sekalipun ia adalah anak Kadisdik, anak bupati, anak menteri, cucu presiden, maka hukuman itu harus diterapkan demi kepentingan yang lebih besar, yaitu keberlangsungan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

Yakinlah, hukuman pecat bagi siswa yang tawuran, setelah disidik dan dibawa ke “pengadilan” sekolah, adalah solusi ampuh untuk mengawali keamanan sekolah dan mengurangi tawuran. Tanpa disiplin dan eksekusi hukuman bagi yang bersalah, hanya menggantang asaplah usaha penanggulangan tawuran murid. Parahnya lagi, akan makin banyak murid yang melanggar aturan karena tahu bahwa hukumannya pasti ringan-ringan saja. Tegas. Tegaslah terhadap murid dan guru, kepala sekolah dan Kadisdik. “You are fired!” teriak Donald Trump. Stick and carrot, reward and punishment. Inilah opsi solusinya. *